Memperingati Hari Buku Nasional dan Bagaimana Kegiatan Membaca Buku Di Masyarakat?

17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Melalui sejarahnya, Hari Buku Nasional ditetapkan pada tanggal 17 Mei merupkan ide dari Menteri Pendidikan pada masa Kabinet Gotong Royong, ialah Bapak Abdul Malik Fadjar. Penetapan tanggal 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional sudah sejak tahun 2002. Tanggal 17 Mei juga bertepatan dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta, yaitu pada 17 Mei 1980[1].

Tujuan ditetapkannya tanggal 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional adalah diharapkan mampu mendorong dan meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dan meningkatkan penjualan buku di kalangan masyarakat. Karena di Indonesia tiap tahunnya mencetak buku rata-rata hanya 18 ribu judul, sedangkan di negara lain seperti Jepang bisa mencetak sebanyak 40 ribu judul buku per tahun dan Cina dengan 140 judul buku per tahun[2]. Hal itu terjadi karena minat membaca masyarakat Indonesia cukup rendah dan kebiasaan membaca dari kalangan umur kurang dibiasakan.

Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah dibuktikan dalam data dari UNESCO pada tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artiya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60, hanya satu tingkat diatas Botswana negara dari Benua Afrika tersebut berada di peringkat 61[3]. Hari Buku Nasional harusnya menjadi momentum atau dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran minat membaca dan mengenal perpustakaan.

Dalam permasalahan rendahnya kesadaran masyarakat dalam minat membaca, Pemerintah Indonesia sudah berupaya untuk meningkatkan minat baca, seperti menggalakkan program gerakan literasi di sekolah-sekolah dengan diikuti pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung program tersebut. Untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan rendahnya minat baca Perguruan Tinggi di Indonesia lebih tepatnya Perpustakaan Perguruan Tinggi melakukan pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan membaca dengan memanfaatkan teknologi informasi guna menyediakan sumber informasi bahkan sumber informasi secara online bisa dalam bentuk jurnal dan buku elektronik[4]. Untuk penggunanya dibatasi hanya mahasiswa, dosen dan orang-orang yang berada di lokasi Perguruan Tinggi, namun tidak perlu khawatir masyarakat juga bisa membeli buku elektronik di internet dan dapat mengakses jurnal dari Perguruan Tinggi lainnya.

Dengan adanya kemudahan untuk mengakses dalam membantu kegiatan membaca, tidak menjadi alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan membaca. Namun kembali kepada masyarakat itu sendiri, apakah masyarakat mau untuk melakukan kegiatan membaca buku, sedangkan Pemerintah dan berbagai pihak sudah berupaya memberikan kemudahan layanan untuk  meningkatkan minat baca dalam masyarakat?

Terdapat kisah inspiratif untuk meningkatkan minat membaca dalam masyarakat sepertit kisah inspiratif Brigadir Angga yang menyulap motor dinas menjadi perpustakaan keliling[5]. Kisah tersebut dapat dicontoh untuk menyediakan perpustakaan terutama wilayah yang jauh dari kota atau wilayah yang pelosok. Hal tersebut akan membantu masyarakat terutama anak-anak untuk dapat membaca buku dan meningkatkan minat baca masyarakat.

Dari permasalahan rendahnya minat membaca dalam masyarakat, terdapat juga permasalahan mengenai buku bajakan. Dari permasalahan rendahnya minat membaca membuat penerbit buku mengalami kendala dalam produksinya dan kesulitan dalam menjual buku dengan jumlah banyak. Akibatnya harga buku menjadi mahal karena biaya produksi yang tinggi belum lagi adanya pajak dan biaya lainnya. Menururt Okky adanya buku bajakan dapat merugikan penulis, merugikan penerbit, dan merugikan yang terlibat dalam industri[6].

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) selaku organisasi yang menaungi penerbit-penerbit di Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi pembajakan buku sejak 2007. Mulai dari penggerebekan langsung oleh tim Penanggulangan Masalah Pembajakan Buku (PMPB), bersurat kepada Dirjen HKI dan Asosiasi E-Commerce Indonesia, melakukan kampanye melalui acara car free day dan media sosial IKAPI, hingga bekerja sama dengan Perkumpulan Reproduksi Cipta Indonesia (PRCI) yaitu dengan membentuk Forum Peduli Hak Cipta di bidang literasi. Walaupun sudah melakukan berbagai upaya untuk menaggulangi masalah buku bajakan, namun hal itu masih tetap marak terjadi[7].

Rosidiyati selaku ketua umum IKAPI berharap adanya tindak lanjut yang signifikan dari berbagai pihak terkait kasus pembajakan buku. Membentuk kebijakan baru untuk memberantas pelaku pembajakan buku dengan melarang penjualan buku bajakan ke dalam masyarakat[8].

Peringatan Hari Buku Nasional memberikan dampak yang positif untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membaca buku, karena buku merupakan jendela dunia dan membaca buku memberikan manfaat yang besar yaitu agar pola pikir menjadi tidak dangkal dan membentuk pola pikir yang kritis. Karena minat baca di Indonesia yang cukup rendah mendorong Pemerintah dan berbagai pihak untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia terdorong untuk memberikan kemudahan akses informasi dan di galakkannya program gerakan literatur dengan harapan dapat meningkatkan minat baca dan menumbuhkan budaya membaca di dalam masyarakat. Dengan minat membaca yang meningkat maka diharapkan produksi buku dan penjualan buku meningkat serta diharapkan dari berbagai pihak yang terkait dapat menuntaskan masalah pembajakan buku yang marak terjadi di Indonesia.

Oleh : Kastrat & Penerbitan HM Sejarah Undip 2020


[1] Dikutip dari perpustakaan.unej.ac.id dengan judul Peringatan Hari Buku Nasional: Refleksi Minat Baca Masyarakat Indonesia. http://perpustakaan.unej.ac.id/?p=3789. Diakses pada 8 Mei 2020 pukul 20.00

[2] Dikutip dari jurnalposmedia.com dengan judul Hari Buku Nasional, Waktunya Menumbuhkan Kecintaan Membaca Buku. http://jurnalposmedia.com/hari-buku-nasional-waktunya-menumbuhkan-kecintaan-membaca-buku/. Diakses pada 8 Mei 2020 pukul 20.13

[3] Rina Anggraeni “Tingkat Baca Indonesia Masih Rendah, Sri Mulyani Gencarkan Literasi”. Diakses dari https://ekbis.sindonews.com/berita/1444945/33/tingkat-baca-indonesia-masih-rendah-sri-mulyani-gencarkan-literasi. Pada 9 Mei 2020 pukul 10.00

[4] Dikutip dari perpustakaan.unej.ac.id dengan judul Peringatan Hari Buku Nasional: Refleksi Minat Baca Masyarakat Indonesia. http://perpustakaan.unej.ac.id/?p=3789. Diakses pada 9 Mei 2020 pukul 10.24

[5] Wandy “Kisah Inspiratif Brigadir Angga, Sulap Motor Dinas Jadi Perpustakaan Keliling”. Diakses  dari http://m.batamtoday.com/berita136064-Kisah-Inspiratif-Brigadir-Angga-Sulap-Motor-Dinas-Jadi-Perpustakaan-Keliling.html. Pada 9 Mei 2020 pukul 10.36

[6] Rahman Indra “Memaknai Buku dan Minat Baca di Hari Buku Nasional 2017”. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170517114249-277-215422/memaknai-buku-dan-minat-baca-di-hari-buku-nasional-2017. Pada 9 Mei 2020 pukul 10.57

[7] Dikutip dari www.ikapi.org dengan judul DKT Kemdikbud: Upaya Hentikan Pembajakan Buku Offline dan Online di Indonesia”. https://www.ikapi.org/2019/12/16/dkt-kemdikbud-upaya-hentikan-pembajakan-buku-offline-dan-online-di-indonesia/. Diakses pada 9 Mei 2020 pukul 11.13

[8] Dikutip dari www.ikapi.org dengan judul DKT Kemdikbud: Upaya Hentikan Pembajakan Buku Offline dan Online di Indonesia”. https://www.ikapi.org/2019/12/16/dkt-kemdikbud-upaya-hentikan-pembajakan-buku-offline-dan-online-di-indonesia/. Diakses pada 9 Mei 2020 pukul 11.13

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *