Padamnya Gerakan Revolusi Hongaria Akibat Invasi Uni Soviet Tahun 1956

Gambar 1. Peta Negara Hongaria.

Hongaria merupakan nama untuk sebuah negara yang berada di kawasan Eropa Timur yang terkenal karena wilayahnya dilewati oleh Sungai Danube. Pada masa lampau, Hongaria layaknya mayoritas negara Eropa Timur lainnya yaitu negara yang menganut ideologi komunisme. Hongaria sendiri sebenarnya sempat melakukan usaha guna menanggalkan ideologi komunisnya pada tahun 1956. Namun akibatnya sungguh tragis karena tak lama sesudahnya, Hongaria langsung diinvasi oleh kekuatan raksasa komunis yaitu Uni Soviet. Invasi yang dilancarkan oleh Uni Soviet ke Hongaria pada tahun 1956 memiliki tujuan untuk menggagalkan Revolusi Hongaria, dimana aksi protes besar-besaran di Hongaria yang diikuti dengan upaya penggantian rezim dari yang semula komunis menjadi rezim yang lebih demokratis. Invasi yang dilakukan oleh Uni Soviet tersebut berakhir dengan keberhasilan Uni Soviet dalam menggagalkan Revolusi Hongaria, sehingga rezim komunis yang dekat dengan Uni Soviet tetap dapat berkuasa di Hongaria hingga lebih dari 3 dekade lamanya. Sebenarnya gerakan revolusi di Hongaria terinspirasi dari keberhasilan aksi protes di Polandia yang dapat mengubah pemerintahan Polandia yang sebelumnya sangat otoriter dan dikontrol ketat oleh Uni Soviet menjadi lebih longgar. Hal tersebut menginspirasi rakyat Hongaria untuk melakukan aksi protes serupa dengan harapan bisa mewujudkan reformasi politik di Hongaria.

Gambar 2. Imre Nagy, pemimpin Hongaria di era revolusi.

Kemudian masuk pada pembahasan mengenai Munculnya Gerakan Revolusi & Invasi Gelombang Pertama Pada Oktober 1956. Pada tanggal 23 Oktober 1956, puluhan ribu demonstran anti komunis Hongaria menggelar aksi protes di dekat patung Jozsef Bem (pahlawan nasional Hongaria yang berdarah Polandia). Hanya dalam waktu singkat, jumlah orang yang terlibat dalam aksi demonstrasi tersebut langsung membludak menjadi sekitar 200.000 orang dan lokasi demonstrasi juga mengalami perpindahan dari yang sebelumnya di dekat patung Jozsef Bem berpindah ke depan gedung parlemen Hongaria. Dalam aksi demonstrasi tersebut, para demonstran merobek bendera rezim komunis Hongaria dan menumbangkan patung Stalin raksasa yang berada di Budapest, ibukota Hongaria. Lalu pada malam hari ditanggal yang sama pula, sejumlah besar rakyat Hongaria juga melakukan aksi demonstrasi di sekitar gedung radio Budapest. Pada awalnya mereka (para demonstran) ingin menggunaka radio tersebut untuk menyuarakan tuntutannya, akan tetapi upaya mereka tidak dapat terwujud karena dicegah oleh AVH (Polisi Rahasia) yang melakukan penjagaan ketat terhadap stasiun radio tersebut. Kerusuhan pun mulai pecah dan para polisi Hongaria juga sudah mulai menggunakan gas air mata serta peluru tajam untuk meredam aksi para demonstran. Akibatnya korban mulai berjatuhan, namun nyali para demonstran tetap tidak surut dan mereka mulai mempersenjatai dirinya untuk melawan balik polisi-polisi Hongaria.

Merespon situasi di Hongaria yang semakin tidak kondusif, maka Erno Gero yang pada waktu itu berposisi sebagai sekretaris KMP lantas meminta bantuan kepada Uni Soviet untuk membantu meredam aksi demonstrasi. Uni Soviet lantas meresponnya dengan mengirimkan sejumlah kecil pasukan yang dilengkapi tank ke Budapest pada tanggal 24 Oktober 1956. Masuknya pasukan Uni Soviet ternyata tidak membuat nyali para demonstran menjadi ciut. Bahkan para demonstran mulai mendirikan barikade di Budapest dan dilaporkan berhasil merampas beberapa tank milik pasukan Uni Soviet. Pada tanggal yang sama, Imre Nagy juga diangkat sebagai perdana menteri Hongaria dan Janos Kadar sebagai Sekretaris Jendral Partai yang baru. Pada 25 Oktober 1956, AVH menembaki para demonstran yang berkumpul didepan gedung parlemen Hongaria. Para demosntran yang sudah memiliki senjata hasil rampasan dari pihak militer dan kepolisian Hongaria lantas merespon dengan melancarkan tembakan balik sehingga konflik pun pecah. Pasukan bantuan militer Uni Soviet juga sudah mulai semakin sering terlibat kontak senjata dengan para demonstran yang mayoritas hanya bersenjatakan bom molotov. Budapest berubah menjadi medan perang dan ratusan orang yang mayoritasnya berasal dari kubu demonstran anti-komunis dilaporkan tewas. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1956, Imre Nagy yang kini menjabat sebagai perdana menteri Hongaria lewat siaran radio berjanji akan segera melakukan reformasi politik dan meminta para demonstran anti-komunis untuk berhenti berperang di jalanan Hongaria. Nagy juga menyatakan akan segera mengupayakan penarikan mundur pasukan Uni Soviet keluar dari Hongaria dan memperbolehkan penggunaan bendera Hongaria. Hasilnya, ditanggal yang sama gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai berhasil diwujudkan dan pasukan Uni Soviet keluar dari Budapest sejak tanggal 30 Oktober 1956.

Kemudian pembahasan mengenai Invasi Gelombang Kedua & Gagalnya Revolusi Pada November 1956. Pada hari yang sama, Demonstran Bersenjata menyerbu detasemen AVH, semacam polisi rahasia yang masih setia kepada Uni Soviet di kantor Partai Pekerja, lebih dari 20 perwira AVH tewas, bahkan mereka pun disiksa terlebih dahulu oleh para demonstran yang semakin beringas tersebut, Tentara Hungaria lengkap dengan tanknya dikirim untuk meredam kekacauan tersebut, mereka pun ikut menembaki AVH yang berada di dalam kantor tersebut. Berita menyebar dengan sangat cepat, terutama di Uni Soviet, Potret dan Video tentang ganasnya penyerangan tersebut dijadikan senjata propaganda oleh Uni Soviet. Keesokan harinya diadakan pertemuan, para petinggi Soviet memutuskan untuk merespon tindakan Hungaria yang keluar dari Parlemen dengan rencana Invansi Militer ke-2 menuju Budapest. Dengan Hungaria Keluar dari Pakta Warsawa maka, Buffer zone antara Soviet dan NATO terbuka menjadi sebuah ancaman pertahanan.

Soviet merencanakan upaya untuk kembali mencengkram Hungaria, Khurschev meyakinkan Janos Kadar untuk menjadi Pemimpin Hungaria yang baru ketika tindakan militer ke-2 berhasil dilancarkan. Dalam melancarkan upayanya, duta besar Soviet yang diwakili Anastas Mikoyan dan Mikhail Suslov diganti oleh Yuri Andropov sang diplomat berlidah besi guna mengelabui bahwa tidak ada lagi campur tangan Soviet atas Hungaria. Pada tanggal 1 November 1956, Nagy menerima laporan bahwa pasukan Soviet memasuki Hungaria dan bergerak menuju Budapest. Dalam perjalanannya pasukan Soviet melucuti militer Hungaria yang kebingungan dikarenakan tidak ada perintah dari pusat dan struktur komando layaknya sudah terdisintegrasi. Andropov berhasil meyakinkan bahwa itu adalah pelatihan militer. Nagy mengumpulkan para anggota kabinetnya dan menyatakan bahwa Hungaria Netral juga keluar dari Pakta Warsawa. Negosiasi bersama Soviet tetap dilakukan terutama pada tanggal 3 November 1956, Menteri Pertahanan Pal Maleter sebagai delegasi dari Hungaria bernegosiasi dengan Soviet, dengan tujuan Soviet menarik seluruh kekuatan militernya di Hungaria. Itu adalah perangkap yang sudah disusun rapih oleh KGB, Pal Maleter ditangkap oleh KGB. Keesokan harinya 17 Divisi pasukan Soviet lengkap dengan peralatannya menyerang Budapest pada dini hari, Serangan itu dinamakan “Operation Whirlwind”. Banyak para demonstran bersenjata masih bersiaga dan terjadi baku tembak yang sengit di Budapest ketika pasukan Soviet masuk. Pagi harinya, Imre Nagy menyiarkan pledoi terakhirnya untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Hungaria diserang pasukan Soviet dan pemerintah tetap pada posisinya melalui Radio Kossuth Merdeka. Tak lama Janos Kadar pun memproklamirkan Pemerintahan Revolusioner Pekerja Hungaria.

Pada 4 November jam 8.00 pagi pertahanan dalam kota sudah hancur akibat serangan kilat pasukan Soviet, dan Stasiun Penyiaran Radio berhasil dikuasai Soviet. Disaat yang sama pun para pasukan penjaga parlemen membuang senjatanya dan Parlemen berhasil dikuasai Soviet dengan mudah. Tentara Hungaria melakukan perlawanan namun mereka tidak terorganisasi dengan baik. Banyak perlawanan sengit salah satunya yang paling kuat terdapat di Kota Csepel dan di Dunaujvaros dimana pertempuran masih berlanjut sampai 10 November sampai akhirnya Soviet berhasil memadamkan pasukan perlawanan tersebut. Disaat pertempuran sudah usai maka usai lah revolusi di hungaria. Kedua belah pihak menghitung kerugian masing-masing di pihak Soviet kurang lebih 700 terbunuh dan 1400an terluka, sementara di pihak Hungaria kurang lebih 2500 orang tewas, 20.000 terluka dan ratusan ribu orang mengungsi keluar Hungaria.

Setelah Revolusi gagal, puluhan ribu orang ditangkap. Pada tanggal 8 November, Janos Kadar dijadikan Perdana Menteri sekaligus merangkap Sekretaris Jenderal Partai Komunis Hungaria. Imre Nagy dan para pengikutnya bertahan di Kedubes Yugoslavia namun berhasil diyakinkan oleh Janos Kadar dijamin keamanannya tetapi itu adalah perangkap dan ia ditangkap, 2 tahun kemudian ia dieksekusi bersama Pal Maleter melalui pengadilan rahasia dan dikubur tanpa tanda di sekitaran luar Budapest. Pembahasan mengenai Revolusi pun di larang sampai goncangan politik pada 1989, pembahasan dan pembicaraan Revolusi 1956 baru boleh dipublikasikan.

Oleh: Divisi Kastrat & Divisi Penerbitan HM Sejarah Undip 2020

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *